Heru Prastawa, Udisubakti Ciptomulyono, Moses L.Singgih,dan Markus Hartono
ABSTRAK
Di pasar produk yang sangat kompetitif, desain produk telah bergeserdari pendekatan berorientasi produksi yang diterapkan di masa lalu, menjadipendekatan yang berorientasi pemasaran, dan akhirnya ke pendekatan berorientasi kepada pelanggan. Studi tentang kebutuhan, keinginan dan preferensi pengguna menjadi penting,sehingga mengembangkan produkberpusatpada pengguna (user centered) merupakan kebijakan yang penting dari suatu perusahaan, termasuk diantaranya pengukuran usability. Banyak penelitian yang menyelidiki tema-tema fungsi produk dan usability sebagai respon baik pelanggan pendahulu terhadap produk. Aspek kognitif merupakan salah satu pertimbangannya. Namun, bukti empiris menunjukkan bahwa aspek afektif berkorelasi dengan usability suatu produkjuga telah disampaikan para peneliti, juga bahwa aspek afektif produk mempengaruhi pangsa pasar produk dan harus diintegrasikan dalam proses penelitian faktor manusia (human factor). Oleh karena itu, merancang produk yang baik, akan membuat produk tersebut menyenangkanbdan menarik untuk digunakan. Konsumen tertarik untuk membeli produk karena emosi diaktifkan selama proses pembelian. Produk dan jasa memiliki daya tarik yang besar jika mereka dirancang secara menarik untuk menimbulkan perasaan emosional dari pelanggan. Dimensi kultural menjadi pertimbangan yang penting ketika perluasan dipengaruhi pasar global.Pengaruh dimensi kultural dengan pendekatan Hofstede (1991), dalam lingkup penelitian usability dan kualitas layanan telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sudi pendahuluan yang telah dilakukan, menunjukkan pendekatan dimensi kultural dapat diadopsi , untuk mengetahui dimensi sub culture beberapa suku bangsa/etnik di Indonesia. Paper diajukan dengan tujuan membuka ruang diskusi untuk memperkuat riset framework dalam penulisan disertasi untuk menyelesaikan program doktor.
Kata Kunci: kognitif, afektif, kultural, pengukuran usability, research framework